Kamis, 15 Juli 2010

Farah Tisya Chairunnisa Siswa Pemberi Solusi Pencemaran Sungai

Judul Asli :Hebat! Siswa SD Beri Solusi Pencemaran Sungai

JAKARTA - Siswi SD Islam Sunan Kalijaga Surakarta Farah Tisya Chairunnisa memiliki solusi atas masalah pencemaran sungai. Menurut Farah, pemanfaatan fly ash untuk pencapaian Millenium Development Goals (MDGs) dalam air minum dan sanitasi diharapkan dapat mengendalikan pencemaran air di sungai Bengawan Solo.

“Dengan pemanfaatan fly ash ini diharapkan pencemaran air di Bengawan Solo dapat dikendalikan, yaitu dengan mengabsorpsi limbah sebelum dibuang ke perairan,” ujarnya lantang dalam Lomba Pidato Anak Tingkat sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP).

Fly ash
atau debu terbang adalah hasil sampingan dari pembakaran batu bara. Jika tidak dimanfaatkan, fly ash dapat mengotori udara, bahkan dapat terbakar sendiri jika terkumpul dalam jumlah besar. Namun, fly ash sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk menyerap polutan dan logam berat yang mencemari air sungai.

Lomba pidato yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum bekerja sama dengan Pemerintah Kota Surakarta dan Terang Abadi Televisi (TATV) ini merupakan bagian dari rangkaian acara Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD) ke-3, beberapa waktu lalu di Surakarta.

Seperti dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (25/6/2010), dalam lomba tersebut Farah dinobatkan menjadi juara pertama lomba pidato untuk kategori SD, mengalahkan 29 saingannya. Juara kedua diraih oleh siswa SDN 15 Surakarta Pranindya Fatimah Zahra, dan juara ketiga diraih oleh siswa SD Islam Terpadu Taruna Teladan, Delanggu, Klaten Abdullah Faiz Awwallan.

Dengan mengambil tema -Kota Kita, Tanggung jawab Kita- lomba pidato ini diharapkan dapat meningkatkan perhatian dan kepedulian masyarakat terhadap permasalahan dan tantangan bidang permukiman, khususnya perkotaan. Selain kualitas materi, penjurian pada lomba juga dilakukan untuk menilai penguasaan peserta terhadap materi pidato, cara penyampaian dan penampilan.

"Pidato anak-anak yang antara lain berfokus kepada isu permukiman kumuh, air minum dan sanitasi, revitalisasi kawasan, dan penguatan ekonomi lokal ini kami harapkan dapat menjadi medium untuk menyampaikan pesan-pesan mengenai pentingnya keterlibatan masyarakat dalam mengantisipasi dan menyelesaikan permasalahan-permasalahan perkotaan untuk mewujudkan permukiman yang lebih baik dan berkelanjutan,” kata Ketua Panitia Lomba Pidato Anak Dwityo A Soeranto.

Dijelaskan, Dwito, lomba ini menyasar peserta anak-anak karena anak-anak adalah masa depan bangsa dan masa depan kota. Anak juga merupakan kelompok masyarakat yang memiliki potensi dan mampu menjadi ‘agen perubahan’, termasuk dalam masalah-masalah perkotaan. "Dari kegiatan ini kami berharap dapat memberikan edukasi kepada anak-anak untuk lebih peduli kepada lingkungan kota dimana mereka tinggal,” imbuhnya.

Perlu diketahui, Solo memiliki sejumlah praktek-praktek terbaik dalam pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, khususnya yang melibatkan masyarakat dengan tetap menghargai budaya lokal, antara lain relokasi 989 pedagang kaki lima (PKL) dari Taman Monjari ke Pasar Notoharjo Semanggi, pengelolaan PKL sebagai bagian dari pariwisata kota, dan relokasi permukiman bantaran Bengawan Solo (Kampung Pucang Sawit) ke Solo Elo dan Mojosongo.

Sementara, pada kategori SMP, siswi SMPN 9 Surakarta Lidya Rahmawati keluar sebagai juara pertama dengan pidatonya yang menekankan bahwa lingkungan dan kota yang bersih berawal dari kesadaran masing-masing pihak dan masyarakatnya. Juara kedua dan ketiga kategori SMP masing-masing Monica Kusuma Suryandari dari SMPN 9 Surakarta dan Ahmad Abaabi Al-Firdausy dari SMP Al Islam 1 Surakarta. Seluruh pemenang menerima Plakat Menteri Pekerjaan Umum dan beasiswa pendidikan dari Wali Kota Surakarta yang diserahkan oleh Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto dan Wali Kota Surakarta Joko Widodo pada upacara penutupan APMCHUD ke-3.
(rhs)

Sumber berita : www.okezone.com